Workshop ini diharapkan dapat menjadi wadah dan ruang diskusi untuk memberikan masukan, sehingga perguruan tinggi dan industri mampu mengatasi isu-isu ekonomi syariah dalam masyarakat.
Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) Aceh bersama Dewan Pimpinan Pusat (DPP) IAEI dan Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah (KNEKS) menggelar kegiatan Workshop Penyelarasan Kurikulum Ekonomi Syariah pada Sabtu (26/11) di Ruang Sigli, Hotel Kyriad Muraya Aceh. Workshop yang dihadiri lebih dari 50 Dosen, Civitas Akademika Kampus dan Praktisi Industri Keuangan di Aceh ini, diharapkan dapat menjadi wadah dan ruang diskusi untuk memberikan masukan, sehingga perguruan tinggi dan industri mampu mengatasi isu-isu ekonomi syariah dalam masyarakat.
Pemateri Workshop Penyelarasan Kurikulum Ekonomi Syariah disampaikan oleh Sudarmawan Samidi, Lc, MMgt. dari KNEKS, Prof. Dr. M. Shabri Abd. Majid, M.Ec. dari Universitas Syiah Kuala sekaligus Sekretaris Umum DPW IAEI Aceh dan Dr. Deddy Nofendy, M.Ag., dari Bank Aceh Syariah.
Sudarmawan menyampaikan, tren global dunia bisnis dan kebutuhan profesi industri jasa keuangan terus berubah. Profil talenta masa depan di sektor ekonomi dan keuangan syariah, diantaranya memiliki transferable skill yang umumnya diperoleh dari pengalaman beragam pekerjaan dan aktivitas organisasi yang umumnya berasal dari pendidikan dan pengalaman.
“Lulusan ekonomi syariah harus memiliki keunikan diri, untuk itu perguruan tinggi diharapkan mampu mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, unggul, dan berdaya saing global dalam rangka meningkatkan kinerja sektor ekonomi dan keuangan syariah,” katanya.
Pemateri lainnya, Deddy Nofendy menjelaskan, lulusan ekonomi syariah di Aceh saat ini tidak langsung terhubung dengan industri keuangan syariah. Mereka masih harus belajar memahami tujuan atau fungsi mata kuliah bagi dunia kerja. Dia memberi solusi, perguruan tinggi perlu menambah mata kuliah yang berkaitan dengan isu-isu di lembaga keuangan syariah.
“Beberapa isu penting yang harus dikuasai seperti compliance, manajemen risiko, dan product development. Isu lainnya tentang audit, manajemen sistem informasi, soft skill, dan magang. Semua ini memberi pengalaman praktis dan pelibatan industri dalam menyusun kurikulum,” tambahnya.
Sementara itu, Prof. Shabri Abd Majid dalam paparannya menguraikan, kurikulum yang didesain haruslah melahirkan alumni yang bisa mewarnai industri syariah dan mampu mengubah operasional bank syariah yang benar-benar sesuai dengan syariah. Dia menganggap penting penyelarasan kurikulum, sehingga perguruan tinggi dapat melahirkan alumni yang paham ekonomi syariah dengan benar. Dia menegaskan, idealnya dosen memahami ekonomi konvensional sekaligus memahami ekonomi syariah sampai ke tingkat dasar.
No responses yet